Rabu, 20 Agustus 2008

melodis

gitar

Beberapa hari ini badanku terasa demam, terutama kalau malam sehabis buka puasa. Begitu demamnya, sampai-sampai badan terasa dingin sampai aku males mandi. Sebenarnya aku memang selalu males mandi nding.

Sabtu malam, sehabis pulang dari acara buka bersama (lagi?) iseng-iseng kuperiksa suhu tubuhku sendiri dengan menjepitkan termometer ke pangkal lengan. Ternyata suhu ketiakku, sebagai representatif suhu badan, terukur 38 derajat celsius, angka yang cukup tinggi. Pantesan badan kok rasanya menggigil, penginnya jaketan, krukup selimut, dan ngringkel di depan tivi.

Kondisi ini di perparah saat aku mencoba makan nasi, rasanya kok tidak enak dan agak-agak sakit di mulut dan tenggorokan. Di acara buka bersama, nasi dus dari rumah makan Sederhana (yang menu dan harganya nggak sederhana itu), hanya sekitar 68% yang berhasil di download ke jaringan ususku *halah*. Sudah ku paksa-paksa masuk ke mulut tetapi malah mual. Tanpa melupakan anak-anak yang kelaparan di Afrika, Timur Tengah, dan Sukabumi, dengan sadar aku buang sisa makananku.

Setelah konsultasi kesehatan dengan Wawan, temanku yang baru sembuh dari tipus, aku disarankan untuk periksa ke dokter sekaligus cek darah. Kebetulan rumah temenku ini dekat dengan Rumah Sakit.

Minggu pagi, seusai nonton sinchan tentunya, Wawan mengantarku ke Rumah Sakit. Setelah mendaftar dan menunggu beberapa lama, akhirnya tiba giliranku diperiksa Dokter.

Cek Darah
Seperti saran wawan, dokter menyarankan aku untuk cek darah. Kalau dihitung-hitung, sampai sekarang aku baru kali ini cek darah. Ketika jarum suntik menusuk lenganku dan darahku mulai masuk ke tabung suntik, diam-diam aku bersyukur. Ternyata darahku warnanya merah, bukan hitam seperti yang diperkirakan orang-orang. *fiuuh lega*

Rasa lega tidak berlangsung lama.

Tidak ada komentar: